Jumat, 14 Oktober 2016

Pertanyaan Tentang Hipnosis / Hipnoterapi:
Mind Technology And Hypnotherapy: Sharing Mengenai Teknologi Pikiran Dan Hipnoterapi
Pic via naplesgov


1. Bagaimana pandangan agama ( dari sisi spiritual) mengenai Hipnosis / Hipnoterapi?

Saya yakin banyak juga yang memiliki pertanyaan yang serupa terhadap hipnoterapi ini. Untuk itu saya mohon ijin untuk berbagi suatu artikel yang sangat bagus dari guru kami mengenai aspek spiritual dari hipnoterapi sebagai berikut:

Quote:Pembaca, sebenarnya sudah lama saya ingin sekali menulis artikel ini. Namun karena kesibukan dan fokus saya yang lagi nggak “in” dengan topik ini maka saya menundanya. Keinginan ini muncul lagi saat baru-baru ini saya bertemu dengan seorang kawan yang dengan begitu haqul yakin dan mantap mengatakan bahwa hipnosis adalah ilmu sesat dan dilarang agama.

Nah, apa yang saya tulis di artikel ini merupakan intisari dari edukasi dan diskusi yang saya lakukan dengan kawan saya ini. Setelah mendengar ulasan saya panjang lebar akhirnya kawan saya ini berhasil saya “sesatkan” kembali ke jalan yang benar.

Nah, pembaca, “Apa sih hubungan antara agama dan hipnosis?”

Sebelumnya, saya akan menjelaskan terlebih dahulu definisi hipnosis. Biar kita ada dasar pijakan berpikir yang sama. Ada banyak definisi yang diberikan oleh masing-masing pakar. Namun definisi yang paling banyak digunakan saat ini, yang merupakan definisi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika yaitu “Hypnosis is the bypass of the critical factor of conscious mind and the establishment of the acceptable selective thinking” atau Hipnosis adalah penembusan faktor kritis pikiran sadar dan diterimanya pemikiran tertentu.

Definisi di atas sama sekali tidak menyinggung “ilmu” atau “kekuatan” yang ditakutkan oleh kebanyakan orang. Jadi, hipnosis sebenarnya sangat sederhana. Saat terjadi penembusan critical factor dan diterimanya suatu pemikiran (baca: sugesti, ide, atau afirmasi) tertentu maka pada saat itu telah terjadi hipnosis.

Ada juga yang mengatakan bahwa hipnosis itu sama dengan tidur. Inipun tidak tepat. Memang, saat seseorang dalam kondisi hipnosis maka ia akan tampak seperti orang tidur. Namun aktivitas mental yang terjadi sangat berbeda.

Kata “hypnosis” pertama kali digunakan oleh James Braid pada tahun 1842. Kata ini berasal dari bahasa Yunani, Hypnos, yang sebenarnya adalah nama dewa tidur. James Braid semula berpikir hipnosis sama dengan tidur. Namun setelah itu ia memahami dengan benar bahwa kondisi hipnosis tidak sama dengan tidur. Saat ia menyadari bahwa justru dalam kondisi hipnosis seseorang akan sangat fokus pada satu ide atau pemikiran, pada tahun 1847 ia mencoba mengganti kata hypnosis dengan mono-ideaism. Namun istilah hipnosis telah terlanjur populer dan terus digunakan hingga saat ini.

Jadi, tidak benar jika saat dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang bisa dikuasai, ditaklukkan, atau tidak sadar. Justru dalam kondisi hipnosis pikiran seseorang menjadi sangat fokus dengan intensitas yang sangat tinggi.

Setiap upaya masuk ke kondisi hipnosis, baik itu waking hypnosis, self hypnosis, atau hetero-hypnosis, pasti mempunyai tiga komponen. Pertama, orang yang melakukan hipnosis harus mempunyai otoritas, atau paling tidak dipandang sebagai figur otoritas di bidangnya. Ini adalah langkah awal untuk menembus atau membuka celah di critical factor pikiran sadar.

Setelah berhasil, dibutuhkan komponen kedua untuk membuat critical factor bersedia menerima informasi yang akan disampaikan. Critical factor akan bertanya, “Mengapa ini bisa bekerja?” Untuk bisa membuat critical factor “puas” maka digunakan salah satu dari tiga otoritas informasi berikut, yaitu doktrin, paradigma (teori atau model) dan trance-logic. Setelah itu baru komponen ketiga digunakan yaitu message unit overload atau membanjiri pikiran dengan sangat banyak unit informasi sehingga pikiran menjadi overload.

Saat terjadi overload maka secara alamiah kita masuk dalam mode fight (lawan) atau flight (lari). Jika subjek melakukan fight (melawan) maka ia tidak bisa masuk ke kondisi hipnosis. Saat subjek memutuskan untuk flight (lari) maka saat itu ia akan “masuk” ke dalam pikirannya, melarikan diri dari serbuan unit informasi yang begitu banyak, dan ia masuk ke kondisi hipnosis.

Kondisi hipnosis adalah kondisi alamiah pikiran manusia. Pernahkah anda saat mencari sesuatu, katakanlah kunci mobil anda, sudah anda cari ke mana-mana tapi tetap nggak ketemu. Padahal kunci mobil itu tepat berada di depan anda? Pasti pernah mengalami hal seperti ini, kan?

Tahukah anda apa yang terjadi? Yang terjadi adalah anda mengalami negative visual hallucination. Benda yang dicari ada namun anda tidak bisa melihatnya. Dan tahukah anda bahwa saat anda mengalami hal ini, anda sebenarnya berada dalam kondisi very deep trance. Jika menggunakan Davis Husband Scale, dari 30 level kedalaman trance, anda berada di level 29.

Atau anda mungkin pernah, saat mandi, tiba-tiba merasakan perih di lutut anda. Setelah anda lihat ternyata lutut anda lecet tergores sesuatu. Mengapa baru saat mandi anda merasakannya? Mengapa saat terluka anda sama sekali tidak merasakannya?

Jawabannya sederhana sekali. Saat lutut anda tergores atau terluka pikiran ada sedang sangat fokus pada sesuatu. Saat itu anda sedang dalam kondisi hipnosis yang dalam. Terjadi pain blocking. Anda tidak merasakan sakit sama sekali. Fenomena ini, bila kita tahu caranya, tentunya dengan kondisi hipnosis, dapat dengan sangat mudah diciptakan. Jadi, tidak ada yang aneh atau mistik dalam hal ini.

Atau mungkin anda pernah sedang membaca buku atau nonton TV, saking asyiknya (baca: fokus), anda tidak mendengar saat dipanggil oleh kawan anda. Ini juga contoh kondisi deep hypnosis.

Nah, kembali ke diskusi kita mengenai hubungan agama dan hipnosis. Dengan mengacu pada definisi hipnosis, dan beberapa keterangan tambahan yang telah saya sampaikan di atas maka anda kini sadar bahwa sebenarnya semua, saya ulangi semua, agama sebenarnya telah menggunakan hipnosis untuk memengaruhi umatnya.

Mari kita lihat praktik atau ritual agama. Kita mulai dengan bentuk bangunan ibadah. Bagaimana bentuknya? Pasti berdiri tegak, besar, dan megah. Lalu, saat kita berada di dalam bangunan ini, bagaimana bentuk dan ketinggian plafon? Apakah rendah ataukah (sangat) tinggi dan megah? Sudah tentu plafonnya tinggi dan megah.

Apa tujuan atau efeknya terhadap diri kita?

Kita, secara sadar atau tidak, akan merasa kecil. Merasa tidak ada apa-apanya. Otoritas gedung ini, ditambah lagi kita tahu bahwa ini adalah tempat ibadah, membuat kita “takluk” dan “pasrah”. Lalu bagaimana dengan pemuka agama yang menyampaikan “pesan”? Dari mana mereka menyampaikan “pesan” mereka? Apakah mereka berdiri sejajar dengan umat ataukah lebih tinggi?

Sudah tentu lebih tinggi. Biasanya di atas mimbar khusus yang hanya diperuntukkan untuk orang-orang khusus. Ini juga salah satu bentuk otoritas. Begitu pikiran sadar kita melihat figur otoritas maka critical factor langsung terpengaruh dan mulai membuka.

Lalu, apa yang digunakan untuk komponen kedua? Benar, sekali. “Pesan” yang disampaikan itu dikutip dari kitab suci, langsung menembus critical factor, dan masuk ke pikiran bawah sadar. “Pesan” ini biasanya dalam bentuk doktrin.

Bagaimana dengan komponen ketiga, message unit overload? Caranya adalah dengan menggunakan repetisi atau emosi. Saat sesuatu “pesan” disampaikan berulang-ulang atau suatu emosi berhasil digugah dan dibuat menjadi intens, baik itu emosi positif maupun negatif, misalnya kebahagiaan karena akan masuk surga atau kengerian dan ketakutan siksa neraka, maka semua unit informasi ini membanjiri pikiran dan menciptakan kondisi overload. Menggugah emosi bisa juga dengan melalui lagu-lagu dengan irama yang lembut dengan syair yang menghanyutkan perasaan atau dengan wangi-wangian tertentu.

Sekarang coba kita lihat ritual doa. Apa yang dilakukan umat sebelum berdoa? Apakah mereka akan ribut, cerita-cerita sendiri, ataukah mereka akan berlutut, diam, hening, dan memusatkan perhatian mereka pada doa yang akan diucapkan? Kondisi pemusatan perhatian ini sebenarnya adalah untuk masuk ke kondisi hipnosis, yang kalau dalam bahasa agama disebut dengan kondisi khusyuk. Setelah pikiran terpusat, hati tenang, barulah doa dibacakan atau diucapkan. Doa yang diucapkan ini sebenarnya adalah sugesti atau afirmasi. Jika doa ini diucapkan sendiri maka ia menjadi auto-suggestion melalui self hypnosis.

Bagaimana doa dengan hanya membaca satu atau dua ayat tertentu dan diulang-ulang? Inipun sama saja. Dengan pemusatan pikiran terhadap doa yang dibacakan akan tercipta kondisi hipnosis (baca: khusyuk).

Bagaimana dengan latihan meditasi dengan objek pernapasan? Bagaimana dengan orang yang melakukan liamkeng atau berlatih meditasi dengan fokus pada suara yang timbul akibat ketukan pada alat bantu tertentu?

Semuanya sama saja. Intinya adalah adanya pemusatan perhatian atau fokus pada sesuatu objek dan adanya repetisi. Semua akan mengakibatkan kondisi overload yang akhirnya akan mengakibatkan kondisi hipnosis.

Banyak orang sangat ingin masuk ke kondisi khusyuk. Namun kondisi ini hanya bisa mereka capai sesekali saja. Tidak bisa diulang sesuai keinginan. Mengapa? Karena kebanyakan kita tidak mengerti mekanisme untuk masuk ke kondisi khusyuk ini. Kita selama ini hanya menggunakan cara trial and error. Ada yang bisa dengan sangat mudah menjadi khusyuk namun ia tidak bisa menjelaskan atau mengajarkan caranya kepada orang lain.

Sulitkah untuk menjadi fokus atau khusyuk? Sama sekali tidak. Justru bila kita tahu caranya kita bisa membuat diri kita khusyuk kapanpun dan di manapun dengan sangat mudah dan cepat.

Banyak orang yang saat berdoa, begitu khusyuknya, sampai merasakan keheningan luar biasa yang disertai perasaan gembira, bahagia, dan damai yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Sungguh pengalaman euphoria spiritual yang sangat luar biasa. Apakah ini ada hubungan dengan kondisi hipnosis? Sudah tentu. Kondisi ini mirip sekali dengan salah satu kondisi hipnosis yang sangat dalam, yang bila kita bisa masuk ke kondisi ini, kita akan merasakan perasaan bahagia, damai, dan luar biasa “enak”. Orang yang berhasil masuk ke kondisi ini biasanya ingin seterusnya berada di kondisi ini karena begitu luar biasanya perasaan mereka.

Kondisi hipnosis jugalah yang sebenarnya digunakan untuk membentuk, membangun, dan memperkuat belief seseorang terhadap doktrin suatu agama. Saat anak masih kecil basically mereka sangat sering berada dalam kondisi hipnosis secara alamiah. Bila doktrin agama diajarkan pada saat anak masih kecil maka efeknya akan sangat kuat.

Mengapa?

Karena saat masih kecil, usia 0-3 tahun, anak belum mempunyai critical factor. Saat usia 3 tahun critical factor baru mulai terbentuk dan akan semakin menebal dan kuat pada usia 8 tahun. Critical factor akan benar-benar tebal saat usia 11 tahun dan ke atas.

Agar doktrin benar-benar diyakini kebenarannya, dipegang dengan sangat kuat oleh seseorang maka doktrin ini harus masuk dalam bentuk belief yang dikaitkan dengan emosi yang sangat intens. Dan belief ini bila terus diperkuat, dengan berbagai repetisi, akhirnya menjadi faith atau iman.

Berikut saya kutipkan definisi faith dari kamus elektronika Encarta, “Faith: belief or trust: belief in, devotion to, or trust in somebody or something, especially without logical proof” atau “Iman: kepercayaan pada, kepercayaan yang sangat kuat pada seseorang atau sesuatu, biasanya tanpa bukti yang logis."

Belief yang sudah berhasil dibentuk, dibangun, dan diperkuat akhirnya akan mengkristal menjadi value, yang biasanya menempati level tertinggi dalam hirarki value seseorang. Dan untuk mengubah value ini, sangat-sangat sulit, jika tidak mau dikatakan tidak bisa.

Sebagai penutup artikel ini berikut saya kutipkan email dari dua orang pembaca buku dan artikel saya.

Quote:Terima Kasih dari Seorang Pastor

Saya sudah membaca buku anda berjudul, "Hypnosis: The Art of Subconscious Communication", dan "Becoming a Money Magnet". Tulisan anda sangat memperkaya hidup pastor.

Sangat efektif sekali hipnosis untuk keperluan terapi. Banyak masalah emosi terluka / perasaan terluka tersembuhkan dengan hipnosis. Saya ini seorang imam, banyak umat datang ke tempat saya, saya ajak umat untuk berdoa / meditasi,setelah sungguh hening-memasuki gelombang alpa-theta, barulah membacakan firman Tuhan. Hal positif ini sungguh mengubah hidup umat. Kebencian bisa tergantikan dengan pengampunan. Betul kata anda. Salah membuat kalimat ketika orang berada dalam gelombang theta atau alpha, maka berdampak buruk. Pikiran dan perkataan kita harus selalu positif sehingga melahirkan hal positif.

Berlimpah Terima Kasih,

T. Budi



Quote:Saling Meneguhkan

Saya sudah membaca hampir semua artikel yang Bapak tulis, dan saya sangat tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Saya sedang memesan beberapa buku Bapak.

Mengapa saya tertarik?

Sebelumnya saya buta sama sekali tentang hipnosis karena saya pikir dulu itu adalah ilmu sesat. Tetapi setelah saya membaca artikel-artikel yang Bapak tulis, ternyata anggapan saya keliru. Bahkan apa yang Bapak ajarkan, itu juga yang saya ajarkan. Bedanya saya melalui jalur agama, sedangkan Bapak dari jalur psikologi dan sains.

Dan banyak hal ternyata yang selama ini saya tahu dan ajarkan, ternyata setelah saya membaca tulisan Pak Adi, baru saya tahu alasan lain yang ditinjau dari ilmu yang Bapak pelajari. Jadi kesimpulannya adalah saling meneguhkan.

Sekali lagi terima kasih banyak atas pencerahannya Pak. Saya ingin sekali berdiskusi dengan Bapak jikalau ada kesempatan.

Hormat saya,
Pdt. F.G.


Nah, pembaca, setelah anda membaca sejauh ini, bagaimana pandangan anda mengenai hipnosis? Apakah anda akhirnya “tersesat” kembali ke jalan yang benar seperti kawan saya?
Sumber


2. Apakah Hipnoterapi aman?




Sama dengan teknik terapi lain yang digunakan untuk membantu seseorang mengatasi masalahnya, hipnoterapi sangat aman asalkan dilakukan dengan pengetahuan dan cara yang benar.
Hipnoterapi telah mendapat pengakuan dan diterima secara resmi sebagai alat terapeutik yang sah dari berbagai lembaga terkemuka. Tahun 1955, British Medical Association secara resmi menerima hipnosis diajarkan di sekolah kedokteran. Tahun 1958, setelah melalui penelitian yang mendalam dan menyeluruh,The American Medical Association juga menerima dan merestui aplikasi hipnoterapi dalam dunia medis. Dan akhirnya di tahun 1960, American Psychological Association (APA) melakukan hal yang sama. Di situs resmi APA (APA.org) dinyatakan bahwa clinical hypnosis masuk di divisi 30.
Gereja Katolik, pada tahun 1847, pernah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa penggunaan magnetisme hewani (sebutan untuk hipnosis di zaman Mesmer) sebenarnya hanyalah tindakan yang menggunakan media fisik yang secara hukum dibenarkan, dan karena itu secara moral tidak dilarang, dengan catatan penggunaannya tidak ditujukan untuk sesuatu yang melanggar hukum atau melanggar kemoralan (the use of animal magnetism is indeed merely an act of making use of physical media that are otherwise licit and hence it is not morally forbidden, provided that it does not tend toward an illicit end or toward anything depraved)
Paus Pius XII, melalui pernyataan yang dipublikasi di tahun 1956 dan 1957, juga dengan sangat hati-hati memberikan persetujuan terhadap penggunaan hipnosis untuk terapi

Sikap gereja Katolik terhadap hipnosis, hingga saat ini, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Hipnosis adalah pengetahuan ilmiah yang serius, dan bukan sesuatu yang asal-asalan.
  2. Dalam pemanfaatan hipnosis secara ilmiah harus dengan memperhatikan kehati-hatian dan tanggung jawab keilmuan dan kemoralan.
  3. Pemanfaatan hipnosis untuk anestesi mengikuti prinsip yang sama yang berlaku untuk anestesi lainnya.

3. Apakah setiap orang bisa di hipnosis?
Quote:Semua orang, dengan tingkat kecerdasan normal, bisa berkomunikasi verbal dan non verbal, bisa di hipnosis asalkan ia bersedia dan mengijinkan dirinya untuk di hipnosis atau masuk ke kondisi hipnosis.

4. Apakah ada kemungkinan seseorang tidak bisa keluar dari kondisi hipnosis?
Quote:Sama sekali tidak pernah terjadi seseorang yang masuk ke dalam kondisi hipnosis, sedalam apa pun kedalaman trancenya, dan tidak bisa keluar. Berbagai literatur yang saya pelajari hingga saat ini sama sekali tidak pernah menyatakan mengenai hal ini.

5. Apakah boleh menggerakkan tubuh saat dalam kondisi hipnosis?
Quote:Tentu boleh. Kita bisa batuk, menggaruk bagian tubuh yang gatal, menelan ludah, menggerakkan tangan atau kaki, dan bahkan menangis namun tetap berada dalam kondisi hipnosis. Ada juga yang membuka mata sesaat dan tetap dalam kondisi hipnosis.

6. Saat dalam kondisi hipnosis apakah seseorang menjadi tidak sadarkan diri?
Quote:Orang dalam kondisi hipnosis sadar sesadar-sadarnya. Ia bisa mendengar suara dan menjawab pertanyaan terapisnya, mendengar, sadar, dan tahu apa yang terjadi di sekelilingnya. Justru dalam kondisi hipnosis tingkat konsentrasinya meningkat sangat tinggi.

7. Apakah seseorang perlu berhenti minum obat sebelum atau sesudah sesi hipnosis?
Quote:Untuk ini Anda harus berkonsultasi dengan dokter Anda. Dalam dunia medis, hipnosis digunakan berdampingan dengan perawatan medis yang sedang dijalani pasien, namun bukan untuk menggantikannya.

8. Berapa usia paling muda untuk menjalani sesi hipnoterapi?
Quote:Usia paling muda untuk menjalani sesi hipnoterapi adalah 5 tahun. Di bawah usia ini, orangtua yang harus belajar menjadi "terapis" anaknya sendiri dengan melakukan di rumah hal-hal yang disarankan atau diajarkan oleh hipnoterapis.

9. Apakah ada perbedaan antara orang dewasa dan anak yang di hipnosis?
Quote:Perbedaannya adalah lebih pada rentang waktu yang digunakan. Orang dewasa bisa duduk tenang selama satu atau dua jam menjalani sesi hipnoterapi. Anak tidak bisa karena rentang fokus mereka yang cukup pendek. Untuk anak biasanya terapi dipecah menjadi beberapa sesi kecil. Kami melakukan induksi, memberikan sugesti, dan membawa anak keluar dari kondisi hipnosis. Lalu dilanjutkan dengan diskusi atau bermain sebentar. Setelah itu sesi terapi dilanjutkan lagi.

10. Apakah kepribadian seseorang akan berubah setelah sesi terapi?
Quote:Seseorang hanya akan mengubah apa yang mereka ingin ubah. Hipnosis bukan brainwashing atau cuci otak dan tidak bisa membantu seseorang tanpa persetujuan mereka. Anak hanya akan berubah di area yang ia inginkan untuk diubah atau ditingkatkan. Misalnya, bila seseorang ingin lebih percaya diri atau lebih mampu berkomunikasi. Dengan bantuan hipnosis / hipnoterapi maka seseorang hanya akan mengalami perubahan di aspek ini. Tidak di aspek lain yang tidak ia inginkan untuk berubah.

11. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tiap sesi?
Quote:Rata-rata tiap sesi terapi untuk anak membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Terapis biasanya telah mendapat cukup banyak informasi dari orangtua saat mereka membuat janji bertemu melalui telepon. Lain halnya dengan orang dewasa, untuk klien dewasa biasanya sekitar 2 jam.

12. Apakah orangtua boleh ikut menyaksikan sesi terapi anak?
Quote:Dari pengalaman diketahui bahwa sesi terapi anak akan jauh lebih efektif dan efisien bila orangtua tidak berada dalam ruang terapi. Bila orangtua ada di dalam ruangan, dan sumber masalah, dalam persepsi anak ternyata adalah orangtuanya sendiri, maka anak akan sulit untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan bebas. Hal ini akan menghambat proses terapi dan biasanya hasilnya tidak bisa optimal seperti yang diharapkan

13. Apakah perubahan yang telah berhasil dicapai melalui sesi terapi bisa bertahan selamanya? Jika tidak, berapa lama efek perubahan ini bisa bertahan?
Quote:Hasil terapi akan bertahan sampai seseorang mendapat pengaruh atau mengalami hal-hal negatif lagi. Saat seseorang menerima sugesti perubahan yang disampaikan terapisnya, program ini akan bertahan selamanya. Namun bila seseorang mendapat program negatif lainnya, misalnya dari lingkungannya, dan tercipta program baru di pikiran bawah sadarnya yang melemahkan dan akhirnya mengalahkan program perubahan yang ia terima saat sesi terapi. Jika ini yang terjadi maka klien membutuhkan sesi penguatan(reinforcement)

14. Perlu berapa sesi?
Quote:Ini semua bergantung pada masalah yang akan diatasi dan pribadi klien. Setiap klien berbeda. Goal kita adalah mencapai hasil yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin. Umumnya berkisar antara 1 sampai 4 sesi terapi.

15. Apa yang terjadi bila seseorang tidak bersedia menjalani sesi terapi untuk mencapai goal tertentu yang diinginkan oleh anggota keluarga / kerabatnya?
Quote:Kita tidak bisa memaksa seseorang, termasuk anak, melakukan apa yang tidak ingin dia lakukan. Namun bila kita bisa membuat seseorang melihat keuntungan yang bisa ia dapatkan dengan melakukan apa yang tadinya tidak ingin ia lakukan, kita bisa mendapatkan kerjasamanya dan klien akan bersedia menjalani sesi terapi. 
Misalnya untuk orangtua, ingin anak lebih rajin belajar supaya nilainya meningkat. Namun anak tidak mau. Yang bisa kita tawarkan ke anak adalah suatu skill yang tidak hanya bisa meningkatkan hasil belajarnya namun juga meningkatkan kecakapannya di bidang lain yang sangat anak sukai, misalnya keterampilan main game, menyanyi, olahraga, atau apa saja yang anak suka

Disadur dari:buku Hypnotherapy for Children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak

Salam hangat,

Yoffy Jo S.E.,C.Ht.
________________
Hypnotherapist

Tidak ada komentar:

Posting Komentar